Profil Try Sutrisno
Jejak Hidup
Try dilahirkan di Surabaya pada 15 November 1935, oleh pasangan Soebandi dan Mardeyah. Di masa kecilnya Try Sutrisno pernah berjualan koran & rokok dikarenakan kedua Agresi Militer yang dilancarkan Belanda yang memaksanya berhenti Sekolah. Kendati demikian, Cak Su akhirnya dapat diterima menjadi taruna di Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad), Bandung pada 1956. Setelah berkenalan Tuti Sutiawati dan menjalani masa romantisme pacaran, Try melangsungkan pernikahan pada 21 Januari 1961.
Karir
Perjalanan karir militer Cak Su - panggilan akrab Try Sutrisno – dimulai ketika mendapatkan tugas ke beberapa daerah operasi dan bertemu dengan Panglima Operasi Mandala Mayjen TNI Soeharto. Pertemuan itulah yang kemudian berlanjut dengan sebuah kedekatan hingga Try terpilih menjadi Ajudan Presiden Soeharto. Selepas menjadi Ajudan Presiden selama empat tahun, kiprah Try Sutrisno makin menanjak. Mulai dari Kasdam Udayana, Pangdam IV Sriwijaya dan Pangdam V/Jaya dengan berbagai dinamikanya termasuk peristiwa Tanjung Priok, hingga menjadi “Lurah-nya ABRI” (Pangab) sampai akhirnya dipercaya sebagai Wakil Presiden.
Try Sutrisno adalah Wakil Presiden Republik Indonesia keenam. Ia dilantik sebagai Wakil Presiden dibawah Presiden Soeharto pada Sidang Umum MPR tahun 1993, menggantikan Sudharmono. Ia menjabat sampai tahun 1998 dan digantikan oleh BJ Habibie. Nama Try Sutrisno menjadi sorotan ketika tidak bersedia dicalonkan kembali sebagai Wakil Presiden menjelang Sidang Umum MPR 1998.
Sikap Cak Su itu sempat menimbulkan opini pro-kontra di masyarakat. Namun dengan rendah hati akhirnya membeberkan alasannya, kenapa ia menolak dicalonkan lagi sebagai wakil presiden. Menurut Try, penolakannya itu sebagai bagian untuk meneruskan tradisi positif dari wakil presiden pendahulunya – yang rata-rata hanya menjabat satu kali.
Setelah turunnya Presiden Soeharto dan diizinkannya pembentukan partai-partai politik menyongsong Pemilu 1999, Try Sutrisno aktif dalam kepengurusan Partai Keadilan dan Persatuan yang pada Pemilu 2004 berubah namanya menjadi Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. ”Sebaik-baiknya manusia adalah yang oleh Allah diberikan umur panjang dan bermanfaat bagi orang banyak. Bisa berguna dan berbuat bagi orang lain, dengan semangat juang prajurit tak pernah mengenal kata berhenti, Old Soldier Never Die,” papar Try Sutrisno seperti yang ditulis dalam biografi bertajuk “Pengabdian Tiada Akhir, Berjuang dan Mengabdi Demi NKRI dan Pancasila”. (gen)
http://pkp-indonesia.blogspot.com/2012/07/profil-try-sutrisno.html
